June 13, 2025

Kamis, 22 Desember 2011

Perang Soviet-Afganistan Part(2)

Distribusi Pasukan Soviet

Pilihan untuk campur tangan


Benteng pasukan ke-40 Uni Soviet di Kabul, 1987. Sebelum distribusi pasukan, bangunan ini adalah Istana Tajbeg dimana Amin dibunuh.
Uni Soviet memutuskan untuk memberi bantuan kepada Afganistan untuk menjalankan revolusi. Pemimpin Soviet, berdasarkan informasi dari KGB, merasa bahwa Amin menstabilisasikan situasi di Afghanistan. KGB di Kabul telah memperingatkan orang yang hendak mengkudeta Amin dan pembunuh Taraki bahwa kepemimpinan Amin akan menuju ke "represi kasar", dan hasilnya aktivasi dan konsolidasi oposisi.
Soviet mendirikan komisi khusus di Afganistan, atas pemimpin KGB Yuri Andropov, Ponomaryev dari Komite Pusat dan Dmitry Ustinov, Menteri Pertahanan Uni Soviet. Pada akhir Oktober mereka melaporkan bahwa Amin membersihkan musuhnya, termasuk simpatisan Soviet; kesetiannya terhadap Moskwa hanyalah bohongan; dan dia sedang mecari jalur diplomatik dengan Pakistan dan jika mungkin, Republik Rakyat Cina.
Argumentasi terakhir untuk mengeliminasi Amin adalah informasi yang didapat oleh KGB dari agennya di Kabul, menurut dugaan, dua dari penjaga Amin membunuh presiden sebelumnya, Nur Muhammad Taraki dengan menggunakan bantal, dan Amin diduga adalah agen CIA. Nantinya, hal ini masih dibantah karena Amin selalu menunjukan keramahan kepada Uni Soviet. Jendral Soviet Vasily Zaplatin, yang merupakan penasehat politik saat itu, menyatakan bahwa empat menteri muda Taraki bertanggung jawab atas destabilisasi namun Zaplatin gagal untuk menekankan ini.

Invasi Afganistan oleh Uni Soviet

Rute Invasi Soviet pada akhir Desember1979.
Pada tanggal 22 Desember, penasehat Soviet menasehati kepada Pasukan Bersenjata Afganistan, agar mereka untuk menjalani pemeliharaan untuk tank dan untuk peralatan perang lainnya yang penting sekali. Sementara itu, hubungan telekomunikasi keluar area Kabul diputus, mengisolasi ibukota. Dengan memburuknya situasi keamanan, sebagian besar anggota Pasukan Pasung Soviet bergabung dengan pasukan darat di Kabul dan mereka mulai mendarat di Kabul. Serempak, Amin memindahkan kantor presiden ke Istana Tajbeg, dipercaya bahwa tempat ini lebih aman dari risiko-risiko lainnya yang mungkin terjadi.[14][15] Kakaknya dan Jendral Babadzhan bertemu dengan panglima besar pasukan ke-40 sebelum Soviet memasuki Afganistan, untuk bekerja atas rute dan lokasi pasukan Soviet.[16]
Pada tanggal 27 Desember 1979, 700 pasukan Soviet memakai seragam Afganistan, termasuk OSNAZ dan pasukan khusus GRU Spetsnaz dari Grup Alpha dan Grup Zenith, mengambil alih pemerintah, militer dan bangunan-bangunan di Kabul, termasuk target utama mereka - Istana Tajbeg.
Operasi dimulai pada pukul 7 malam, ketika Grup Zenith meledakan pusat komunikasi Kabul, melumpukan komandi militer Afganistan. Pada pukul 7:15, Operasi Badai-333 dimulai. dengan tujuan yang jelas, untuk memberhentikan dan membunuh Presiden Hafizullah Amin. Operasi selesai seluruhnya pada pagi hari tanggal 28 Desember 1979.
Komando militer Soviet di Termez, di Uzbekistan, mengumumkan di Radio Kabul bahwa Afganistan telah dibebaskan dari kepemimpinan Amin. Menurut Politbiro Soviet, mereka menurut dengan Perjanjian persahabatan, Kooperasi, dan ketetanggaan yang baik dan itu adalah kejahatan yang Amin lakukan sehingga dieksekusi oleh hakim karena kejahatannya.
Siaran Radio yang menurut orang dari Stasiun Radio Kabul, tapi diidentifikasikan bahwa sebenarnya berasal dari sebuah fasilitas di Uzbekistan, mengumumkan bahwa eksekusi Hafizullah Amin terselenggara oleh Komite Pusat Revolusi Afganistan (Afghan Revolutionary Central Committee). Komite itu kemudian memilih mantan Perdana Menteri Babrak Karmal sebagai kepala pemerintahan, yang telah diturunkan dari kedudukan Duta Besar ke Ceko karena pengambilalihan Khalq, dan telah diminta oleh Militer Soviet.[17]
Pasukan darat Soviet, di bawah komando marsekal Sergei Sokolov, memasuki Afganistan dari utara pada tanggal 27 Desember. Pada pagi hari, divisi pasukan payung Vitebsk mendarat di lapangan udara Bagram dan distribusi pasukan Soviet di Afganistan sedang berlangsung. Dalam waktu 2 minggu, 5 divisi Soviet telah tiba di Afganistan, yaitu Divisi Pasukan Payung ke-105 di Kabul, Brigadir ke-66 di Herat, Divisi Pasukan Tembak ke-357 di Kandahar, Divisi Pasukan Tembak ke-16 yang bermarkas di Badakshan utara dan Divisi ke-306 di Ibukota Afganistan, Kabul. Dalam minggu kedua, pesawat tempur Soviet telah melakukan 4.000 penerbangan menuju Kabul.[18]

Operasi-operasi Soviet

Grup Spetsnaz bersiap untuk sebuah misi di Afganistan, tahun 1988.
Pasukan Soviet telah memasuki Afganistan dengan membawa 3 divisi pasukan tembak (termasuk Divisi Pasukan Tembak ke-201), 1 Regimen Pasukan Penembak tersendiri, 1 Divisi Pasukan Payung, Brigadir Angkatan Udara ke-56, dan 1 Regimen Pasukan Payung tersendiri.[19]
Selama distribusi pasukan, Pasukan Uni Soviet tidak dapat membuat kekuasaan di luar Kabul, karena sebanyak 80% pedesaan masih lolos dari kontrol pemerintah. Karena itu terdapat misi yang bertujuan untuk mempertahankan Kota dan instalasi-instalasinya, dan melakukan ekspansi untuk menghancurkan mujahidin yang anti-komunis, terutama menggunakan pasukan cadangan Uni Soviet.
Militer melaporkan kesulitan pasukan Uni Soviet untuk bertempur di daerah pegunungan. Pasukan Soviet tidak terbiasa dengan pertempuran yang tidak ada pelatihan melawan pemberontakan, dan senjata, juga peralatan militer mereka, terutama tank dan mobil-mobil perang. Artileri berat banyak dipakai dalam melawan pasukan pemberontak.
Uni Soviet menggunakan helikopter (termasuk Mil Mi-24) sebagai serangan udara utama mereka, dimana dihargai sebagai helikopter terhebat di dunia, didukung oleh pesawat serang darat, pesawat pengebom, pasukan angkatan darat dan pasukan khusus.
Ketidaksanggupan Uni Soviet untuk memecahkan jalan buntu dalam militer, memperoleh beberapa pendukung Afganistan, dengan membangun kembali Pasukan Afganistan, membutuhkan ditingkatkannya penggunaan langsung dari pasukan itu sendiri untuk melawan pemberontak. Pasukan Soviet lebih sering menemukan diri mereka bertarung melawan rakyat sipil karena taktik dari para pemberontak. Mereka melakukan kesalahan yang sama dengan Amerika Serikat pada saat terjadinya Perang Vietnam dengan memenangi hampir semua pertempuran, namun gagal untuk menguasai pedesaan.

Reaksi dunia

Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter menyatakan bahwa serbuan Uni Soviet adalah "ancaman paling serius sejak Perang Dunia II." Carter nantinya mengembargo pengiriman bahan keperluan seperti butir padi dan teknologi tinggi untuk Uni Soviet dari Amerika Serikat. Meningkatnya ketegangan, seperti kegelisahan di barat tentang pasukan Uni Soviet yang banyak sekali jumlahnya yang dekat dengan daerah yang kaya minyak di teluk, dan berhasil mengakhiri détente.
Respon diplomatik internasional sangat hebat, dengan adanya Boikot Olimpiade Musim Panas tahun 1980 di Moskwa. Invasi, dengan kejadian yang lain, seperti revolusi di Iran dan sandera Amerika Serikat yang mengikutinya, Perang Iran-Irak, Israel menyerang Lebanon, meningkatnya ketegangan antara Pakistan dan India, dan berkembangnya teroris anti Barat di Timur Tengah, turut menyebabkan Timur Tengah menjadi daerah yang paling kacau dan bergolak selama tahun 1980.
Pemerintahan Babrak Karmal kurang mendapat dukungan internasional pada awalnya. Aksi oleh PBB sangat tidak mungkin karena Soviet memiliki hak veto, namun Majelis Umum PBB tetap melewati resolusi melawan pendudukan Uni Soviet. Menteri Luar Negeri Organisasi Konferensi Islam menyesalkan masuknya Uni Soviet ke Afganistan dan menuntut mundurnya pasukan Soviet dari Afganistan pada pertemuan darurat di Islamabad yang digelar pada tanggal 10 Januari14 Januari 1980. 18 dari 18 orang di Majelis Umum PBB pun memilih untuk sebuah resolusi (A/ES-6/2, GA/6172) dimana meminta agar Uni Soviet menarik semua pasukannya dari Afganistan untuk membiarkan orang-orangnya memilih takdir mereka sendiri dan tanpa ikut campur negara lain."[20] Namun, resolusi ini ditolak oleh Leonid Brezhnev dan pemimpin Soviet lainnya karena mereka melakukan pertemuan internal yang sah di Afganistan dimana pertemuan seperti itu dipersilahkan dalam Pasal 51 Piagam PBB. Mereka mengklaim hanya pemerintah Afganistan yang mempunyai hak untuk mengatur status Pasukan Soviet. Posisi ini dilihat sebagai posisi bermuka dua oleh orang yang tidak suka dengan invasi ini bahwa tidak mungkin Amin mengatur agar dirinya dieksekusi, dan beberapa juga mengklaim kalau Afganistan merupakan Negara Boneka dari Uni Soviet.[21] Gerakan Non-Blok dengan tajam terpecah di antara negara yang percaya bahwa pengiriman pasukan Soviet legal dan lainnya menyatakan bahwa pengiriman itu adalah invasi yang ilegal.

Pemberontakan Afganistan

Seorang Mujahidin Afganistan sedang mencoba menggunakan penembak roket.
Petengahan tahun 1980, Pergerakan Perlawanan Afganistan mau menerima bantuan dari Amerika Serikat, Inggris, Republik Rakyat Cina, Arab Saudi, Pakistan, dan lain-lain. Jadi, gerilyawan Afganistan telah dilengkapi dengan senjata dan dana, kebanyakan gerilyawan itu telah dilatih oleh Amerika Serikat dan Pakistan. Amerika Serikat melihat konflik di Afganistan adalah bagian dari perjuangan Perang Dingin, dan CIA menyediakan bantuan untuk pasukan Anti-Soviet melalui ISI Pakistan, dalam program yang disebut Operasi Taufan.
Pergerakan yang sama terjadi di dunia Muslim, membawa kesatuan yang dipanggil Arab Afganistan (dikatakan oleh Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan sebagai "pejuang kebebasan"), pejuang luar negeri direkruit dari Dunia Muslim untuk melaksanakan jihad melawan komunis. Dicatat kalau di antara mereka, ada seorang anak muda Arab Saudi bernama Osama bin Laden, dimana grup Arab ang ikut dalam Al-Qaeda. Pemerintah Amerika Serikat mempertahankan bantuannya kepada Mujahidin, dan parsitipasi Osama Bin Laden dalam konflik ini tidak ikut dalam program CIA. Program Amerika Serikat membuat sistem keuangan yang mirip muncul di Dunia Muslim Arab.[22] Donasi Amerika Serikat adalah FIM-92 Stinger, misil anti serangan udara systems, yang meningkatkan jumlah kehilangan pesawat Uni Soviet. Namun, banyak komandan lapangan, termasuk Ahmad Shah Massoud, menyatakan kalau dampaknya lebih besar. Juga, saat para pemberontak dapat menembak pendaratan pesawat dan lepas landasnya pesawat dari lapangan udara, anti misil Flare, keefesiennya terbatas.
Pemimpin Mujahidin memperhatikan operasi sabotase. Banyak sekali aksi-aksi sabotase seperti merusak jalur pipa, merusak stasiun radio, mengebom kantor pemerintah, hotel, bioskop, dan lain-lain. Dari tahun 1985 sampai 1987, lebih dari 1800 aksi terorisme terjadi. Di daerah perbatasan dengan Pakistan, Mujahidin menembakan 800 roket setiap hari. Di antara April 1985 dan Januari 1987, mereka membawa lebih dari 23.500 serangan amunisi dan dengan target pemerintah. Mujahidin menyelidiki posisi penembakan dimana mereka normalnya berlokasi di dekat desa sampai jarak dari pos artileri Soviet. Mereka menaruh orang-orang pedesaan dalam bahaya kematian karena pembalasan dendam Soviet. Mujahidin menggunakan ranjau darat secara besar-besaran, mereka akan memperoleh layanan dari penduduk lokal dan termasuk anak-anak.
Tentara mujahidin di sebuah desa yang hancur.
Mereka juga berkonsentrasi dalam menghancurkan jembatan, menutup jalan, menghancurkan konvoy, mengganggu jaringan listrik dan industri, dan menyerang pos polisi dan instalasi militer Soviet dan lapangan udara. Mereka membunuh pejabat negeri dan anggota Partai Demokrasi Rakyat Afganistan. Mereka menyerang pos kecil. Pada Maret 1982, sebuah bom meledak di departemen pendidikan, menghancurkan beberapa bangunan. Di bulan yang sama, sebuah kekuatan besar gagal menggelapkan Kabul saat menara tinggi di pusat listrik Naghlu meledak. Pada Juni 1982, sekitar 1.000 anggota partai muda dikirim untuk bekerja di lembah Panjshir dimana mereka disergap sekitar 20 mil dari Kabul, dengan besarnya jiwa yang hilang. Pada tanggal 4 September 1985, pemberontak menembak sebuah pesawat domestik Bakhtar Airlanes saat pesawat itu lepas landas dari Bandara Kandahar, membunuh 52 orang yang naik di pesawat tersebut.
Grup Mujahidin mempunyai sekitar 3 sampai 5 anggota per grup. Setelah mereka menerima misi untuk membunuh seorang anggota pemerintah, mereka mempersibuk diri mereka dengan mempelajari latar belakang kehidupannya dan memilih hal untuk menyelesaikan misi mereka. Mereka mencoba menembak mobil, menaruh ranjau di rumah-rumah atau beberapa tempat, menggunakan racun, atau menggunakan bahan peledak di sarana transportasi.
ISI Pakistan dan SSG ikut aktif dalam keikutsertaannya dalam konflik ini dalam kooperasi dengan CIA yang mendukung perlawanan mujahidin terhadap Uni Soviet.
Daerah tempat tiap kelompok mujahidin yang berbeda beroperasi tahun 1985.
Pada bulan Mei tahun 1985, 7 pemimpin organisasi pemberontakan membentuk Persekutuan 7 Mujahidin untuk mengkoordinasi operasi militer mereka terhadap pasukan Uni Soviet. Pada tahun 1985, grup ini aktif di dan di sekitar Kabul, menembakan serangan roket dan membuat operasi melawan pemerintahan komunis.
Pada pertengahan tahun 1987, Uni Soviet mengumumkan bahwa mereka akan menarik mundur pasukannya.
Sibghatullah Mojaddedi dipilih sebagai kepala pemerintahan sementara Afganistan, dengan tujuan untuk menegaskan kembali legistimasinya melawan rezim Kabul yang disponsori Moskwa. Mojaddedi, sebagai kepala pemerintah sementara Afganistan, bertemu dengan Presiden Amerika Serikat George H.W. Bush, memperoleh kemenangan diplomatik untuk perlawanan Afganistan.
Ditaklukannya pemerintah Kabul adalah solusi mereka untuk perdamaian. Kepercayaan ini, ditajamkan oleh rasa tidak percaya PBB, pada hakekatnya dijamin penolakan mereka untuk menerima kompromi politik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar